Jumat, 12 November 2010

To Be Yours, Bab I part 02

Dio melirik jam tangannya, masih satu jam sebelum ia tiba di Jakarta. Dengan memasang wajah bosan ia menatap foto gadis yang diberikan ayahnya minggu lalu. Gadis itu lumayan manis, wajahnya agak tirus dengan kulit berwarna putih kekuningan. Rambutnya ikal berponi yang dikuncir sederhana. Gadis itu tersenyum menampakkan giginya.

“ Namanya Pranindya Ranggi Putri Wardhana!” kata ayahnya

“Panjang banget”

Papanya melotot.

“Dia putri dari sahabat lama papa. Kebetulan waktu ada expo di Shanghai, papa ketemu sahabat papa itu, dia membawa serta putrinya. Nah, sekali lihat Ranggi, papa langsung menyukainya. Dia gadis yang amat santun dan menyenangkan hati. Cantik kan?”

“Pa, gadis ini tak sebanding kecantikannya dengan gadis-gadis yang biasa kukencani. Dan sekarang aku sedang tak ingin menjalin hubungan dengan gadis manapun. Papa kan tahu aku berencana terjun ke bisnis resor dan pariwisata!”

“Oh ya, yang Papa dengar kau sedang menjalin hubungan dengan salah seorang model terkenal, mmm…Vivienne Ho!”

Perut Dio mual, selalu terjadi saat ia sedang merasa tegang atau cemas. Seharusnya ia tak meremehkan ayahnya. Ia mengira hubungannya dengan Viv tak akan tercium papanya. Ia tahu pasti, papanya tak akan memperbolehkan ia memiliki kekasih seperti Viv. Papanya lebih menyukai gadis tradisional yang polos dan penurut. Viv jauh dari itu, ia wanita modern yang berkeinginan kuat dan keras kepala. Satu lagi, papanya masih mementingkan keperawanan, salah satu pikiran kuno karena lahir dan besar di Indonesia. Dan untuk yang ini, Viv jelas tak memenuhi syarat.

“Kami hanya bersenang-senang, tak ada yang serius antara aku dan Viv!”

“Nah, itu yang Papa kurang sukai dari gadis-gadis di sini. Begitu mudah tidur dengan laki-laki!”

“Paa, kau yang terlalu kuno. Aku tahu kau besar di Indonesia, tapi bukan berarti kau harus memaksakan nilai-nilai itu di sini. Aku sama sekali tak mempermasalahkan hal itu, bagiku itu bukan hal yang penting.”

“Tapi Papa mempermasalahkannya, gadis yang menjadi pasanganmu akan menjadi ibu dari cucuku. Di tangannya kuserahkan nasib Huang Group di masa depan. Aku sama sekali tak menginginkan gadis-gadis murahan itu menjadi menantuku.”

“Pa..!”

“Papa menyukai gadis ini. Dia gadis yang sangat penurut!”

“Apa bagusnya gadis yang sangat penurut, sama sekali tak menarik perhatianku. Dan lagi pula sepertinya dia bukan etnis Cina!”

“Benar, dia dari etnis Jawa. Tapi Papa tak mempermasalahkannya, yang penting dia seagama dengan kita.”

“Pa..?”

“Bagaimana kalau kamu berkunjung sebentar di Indonesia, temui dia sebentar. Papa bisa membantumu dengan usaha resormu itu. Di Indonesia, papa punya kenalan pengusaha yang mengerti seluk beluk pulau Bintan. Kau bisa mendirikan resormu disana”

“Bintan? Aku tak pernah mendengarnya.”

“Bintan, The Next Bali. Kamu bisa ikut bermain di dalamnya, prospeknya bagus!”

Dio terdiam, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

“Mmm…baiklah, aku akan ke Indonesia. Tapi aku tidak bisa janji akan menyukai gadis ini!”

“Papa yakin kau akan menyukai gadis ini!”

Dio memasukkan foto itu ke dalam ranselnya lagi. Ia merebahkan kepalanya dan memejamkan mata. Ia tak ingin memikirkan bisnisnya, Viv atau bahkan gadis yang bernama Ranggi itu. Yang dibutuhkannya saat ini adalah tidur. Sebelum berangkat ia menginap di apartemen Viv selama dua hari dan sekarang ia benar-benar lelah. Kencan dengan Viv selalu menguras tenaganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi-bagi pendapatnya ya...