Jumat, 12 November 2010

Berusaha Semaksimal Mungkin dan Gagal Bukan Hal yang Memalukan

Jujur saja, gue bukan orang yang memiliki etos kerja bagus, bisa dibilang banyak banget kekurangan gue dalam hal ini. Sekarang gue sedang dalam upaya memperbaiki etos kerja gue, yah bukan hal yang patut dibanggakan. Salah satu sifat buruk gue adalah gue termasuk orang-orang yang tidak memberikan upayanya sebaik mungkin. Terutama bila yang dituntut adalah kecepatan dan ketelitian, dua bidang yang menjadi kelemahan terbesar gue. Hal itu mungkin disebabkan oleh paradigma lama “Gagal adalah hal yang sangat memalukan”.

Paradigma ini membuat gue menolak untuk memberikan upaya terbaik gue karena gue pikir jika gue sudah melakukan hal yang terbaik dan gue masih gagal adalah hal yang sangat memalukankan. Paradigma itu selalu melekat di kepala gue sejak lama. Mungkin karena gue orang Jawa, gue dibesarkan untuk tidak bermimpi tinggi karena jika jatuh akan terasa sangat sakit. Bukan bermaksud menjelekkan orang Jawa, tapi harus diakui bahwa ini adalah salah satu kelemahan orang Jawa, kurang berani bermimpi. Wah, kayaknya gue keluar jalur nih…

Kembali ke jalur semula….karena gue malu untuk gagal maka gue akan bersikap cuek terhadap effort gue. Gue nggak pernah berusaha sepenuh hati, melakukan banyak hal dengan setengah-setengah. Akibatnya, tidak ada prestasi yang menonjol dan hasil akhirnya adalah melarikan diri. Gue akan membuat alasan atas semua ketidakberhasilan gue dengan alasan yang sama, ah…gue nggak menjadi yang terbaik karena gue hanya setengah-setengah, kalau gue melakukan 100% pasti gue akan berhasil dan sayangnya gue nggak mau. Wah, malu rasanya menuliskan hal itu.

Seperti kata orang-orang pinter, kalau ingin mengubah perilaku ubahlah paradigma yang ada. Dan begitulah, untuk membentuk satu etos yaitu Hardworking gue harus mengubah paradigma gue di atas. Ada dua hal yang menjadi faktor penting di dalamnya. Yang pertama adalah buku Outliersnya Malcolm Gladwell. Si Gladwell ini meyakinkan gue bahwa kesuksesan itu BENAR-BENAR bergantung pada usaha, bahwa bakat menjadi modal dasar dan selanjutnya bergantung pada usaha yang dilakukan untuk mengembangkan bakat itu. Dengan begitu, bakat itu akan menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan. Malu nggak sih, gue baru menyadari hal ini saat gue sudah berumur 20 tahun.
Faktor pendorong yang kedua, sebenarnya gue agak malas mengatakannya adalah kegemaran gue pada idola-idola Korea. Pada umumnya mereka berlatih dari usia yang sangat muda sehingga bisa debut pada usia yang masih muda juga. Bisa gue bayangkan, mereka benar-benar serius mewujjudkan mimpi-mimpinya sehingga membuang masa kanak-kanak mereka. Belum lagi dengan tuntutan-tuntutan pihak manajemen mereka yang begitu tinggi. Sesungguhnya gue kagum, benar-benar kagum pada mereka. Mereka masih berusia muda dan bersedia menaklukan rintangan yang begitu besar, sementara gue disini….masih melarikan diri dari masalah. Padahal gue lebih tua dari mereka dan hidup gue nggak mengalami tekanan sebesar mereka. Benar-benar memalukan.

Karena seringnya gue menonton reality show mereka, gue bisa melihat betapa mereka (orang-orang Korea itu) sangat menghargai kerja keras. Mereka akan menyukai artis-artis yang menunjukkan kerja keras mereka dan berperilaku sopan, dan mereka akan menghargai orang-orang yang sudah berusaha keras dan gagal. Orang-orang yang sudah berusaha dan gagal akan mereka kuatkan mentalnya dan publik akan memberikan penghargaan yang tinggi. Dan pada saat itu gue sadar, ah…berusaha keras dan gagal bukan hal yang memalukan. Lebih memalukan lagi kalau tidak berusaha maksimal tetapi memiliki ambisi yang tinggi. Dan untuk merayakan perubahan itu, gue berjanji pada diri sendiri, gue nggak akan menertawakan orang-orang yang sudah berusaha keras dan gagal.

Mungkin ini salah satu hikmah gue tenggelam dalam autism Halyu. Dan pengalaman ini membuat gue benar-benar sadar, Tuhan sayang sama gue dan Tuhan akan membimbing gue menemukan jalan yang terbaik yang mungkin keberadaannya tidak gue sadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi-bagi pendapatnya ya...