Sabtu, 13 November 2010

Tari Dolalak

Kali ini gue ingin menuliskan tentang salah satu kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Tari Dolalak, begitu namanya. Lidah Jawa melafalkannya Ndolalak. Tari Dolalak ini adalah tari tradisional yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah. Asal mula kata Dolalak adalah Do La La, titian nada dalam musik barat. Tari ini tercipta saat penjajahan Belanda, entah kapan munculnya. Melihat gerakan-gerakan dansa yang dilkakukan oleh orang-orang Belanda, warga pribumi menirunya dan membuat gerakan yang menyerupainya. Mereka memakai alat musik yang berbeda dari gamelan Jawa, hanya gamelan kendhang yang sama. Mereka juga menciptakan kostum yang mirip dengan pakaian serdadu Belanda, celana pendek dan atasan menyerupai jas berlengan panjang, semuanya berwarna hitam dan dihiasi payet-payet diseluruh badannya.

Unsur-unsur gamelan yang ada dalam tarian ini terdiri dari;
1. Kendhang
2. Jidor (bedhug kecil)
3. Rebana (3 jenis)
4. Kibor (Keyboard), biasanya disebut oleh penduduk desa sebagai Orjen
Asal mula pemakaian kibor ini gue kurang mengetahuinya. Sementara dari penyanyinya, biasanya terdiri dari dua orang, karena pada umumnya nyanyian penggiring membutuhkan dua fungsi yaitu fungsi penyanyi utama dan penyanyi bawa (yang menghantarkan lagu). Penyanyi bawa itu juga akan menyanyi pada bagian refrainnya.

Pada mulanya penari Dolalak adalah para pria, namun kemudian tarian ini ditarikan oleh para wanita. Pada masa kini, generasi penari pria sulit ditemukan, satu-satunya yang pernah saya lihat adalah penari dari grup Dolalak di daerah Kaligesing. Gue lupa apa nama desanya, oh ya grup-grup Dolalak ini biasanya terbentuk di tingkat desa. Grup-grup ini menjadi ajang seni warga dan sering menjadi wakil dalam perlombaan tari yang dilakukan oleh pihak kabupaten. Dari segi tarian, ada dua tipe tarian Ndolalak. Yang pertama adalah tipe Kaligesingan, yaitu tipe yang konservatif, menonjolkan sisi tekniknya dan yang kedua adalah tipe Mlaranan (nama suatu daerah) yang menonjolkan sisi hiburannya. Tipe Mlaranan dikenal memiliki gerakan-gerakan yang lebih erotis dan penarinya memakai kostum yang seksi (biasanya bercelana hot pants).
Salah satu ciri khas pertunjukan tari Dolalak adalah adanya penari yang mengalami kondisi trance atau biasa disebut mendhem. Menurut kepercayaan yang ada, penari mengalami kondisi ini karena kerasukan roh halus. Dalam kondisi ini, penari diperlakukan sebagai bos yang berhak meminta apa saja dan berhak memerintah penari-penari lainnya untuk melakukan hal-hal yang ia inginkan seperti mengambilkan makanan atau menarikan satu jenis tarian Dolalak. Pada pertunjukan tarian Dolalak tradisional bisa terjadi lebih dari satu kondisi trance. Karena itu pulalah, pertunjukan tari Dolalak membutuhkan waktu semalam suntuk. Sementara pada pertunjukan modern yang dipakai sebagai pertunjukan formal biasanya dikemas dalam bentuk pertunjukan 15-30 menit. Dalam pertunjukan singkat ini, diciptakan suatu rangkaian gerakan yang menggabungkan beberapa jenis tarian Dolalak. Selain itu pula pada akhir kemasan, terdapat salah seorang penari yang (memerankan) memperagakan kondisi trance.

Di dalam pertunjukan tradisional juga terdapat bagian tarian bebas yang berfungsi sebagai pemanis pertunjukan. Biasanya para penari akan menarikan lagu-lagu dangdut atau campur sari (salah satu jenis musik tradisional Jawa). Beberapa gerakan yang diperlihatkan cenderung agak seronok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi-bagi pendapatnya ya...