Sabtu, 26 Juni 2010

Here We come

Tampaknya, gerakan kebangkitan pemuda di Indonesia telah mulai terlihat percikan apinya. Seiring dengan ketidakpuasan pemuda terhadap kondisi bangsa, gerakan ini telah menjalar, menciptakan bara-bara baru demi meningkatkan martabat bangsa. Jika tren sebelumnya adalah lari (ke luar negeri), tren yang sekarang adalah membangun negeri. Baguslah, setidaknya dalam 5 tahun ke depan kita akan melihat hasilnya, bagaimana patriotisme pemuda negeri ini berhasil membawa Indonesia menuju anak tangga yang lebih tinggi.

Kebangkitan Pemuda Seri 03

Gerakan pemuda ini memang bukan pertama kalinya. Menurut catatan sejarah, kebangkitan pemuda dalam skala besar di negeri ini telah dua kali terjadi sebelumnya. ciri yang melekat pada kebangkitan besar ini adalah era baru yang dihasilkannya. Kebangkitan yang pertama adalah kebangkitan pada tagun 1928 yang menghasilkan kemerdekaan Indonesia dan yang kedua adalah kebangkitan 1997 yang melengserkan Suharto. Kebangkitan kedua ini membawa bangsa Indonesia ke dalam kondisi waspada dan perhatian dalam masalah-masalah kebangsaan. Demokrasi, kebebasan pers, perbaikan hukum sedang menjalankan proses pernaikan. Kebangkitan ketiga yang sedang terjadi sekarang adalah dalam rangka membawa Indonesia menjadi salah satu negara terkemuka di dunia. Sulit untuk mengetahui kapan titik penting kebangkitan ini terjadi, jika boleh dikira-kira mungkin tahun 2008 atau 2009.

Kebangkitan Indonesia ini terlihat dari berbagai berita yang intinya menyatakan prestasi anak bangsa di tingkat Internasional. Kemenangan (dominasi) Indonesia dalam olimpiade Internasional (terutama Fisika), Berjayanya film-film Indonesia dalam festival-festival film Internasional, Musik Indonesia yang mulai go Internasional menjadi pertanda lahirnya kebangkitan ini. Kebangkitan ini diperkirakan akan terlihat hasilnya 5 tahun ke depan. saat itu, negeri ini akan dikenal secara luas karena kualitas cendekiawannya, penyanyinya, film-filmnya, desainer-desainernya serta kualitas pemudanya.

Jika dicermati, jarak antar kebangkitan ini semakin kecil, 1945-1997=52 tahun, 2015-1997=18 tahun. Selain itu, jarak tahun turning point dengan tahun hasil gerakannya juga semakin pendek, 1928-1945=17 tahun, 2008-2015=7 tahun. Untuk kebangkitan seri dua, saya belum tahu turning pointnya kapan, yang pasti pada awal dekade 90-an, gerakan ini telah tersemai benihnya. Turning point kebangkitan kedua ditandai dengan masuknya ideologi-ideologi politik ke dalam kampus, ideologi ini merujuk kepada pernyataan ketidakpuasan terhadap negeri ini. Sebenarnya politik masuk kampus juga bukan menjadi barang baru lagi, hal itu telah terlihat saat orasi mahasiswa tahun 66, akan tetapi gerakan itu tidak membawa Indonesia menuju ke titik langkah yang baru, hanya proses perbaikan dari titik sebelumnya. Memendeknya angka-angka kebangkitan ini diakibatkan oleh kemajuan teknologi Informasi.

Karakteristik pemuda Indonesia

Inilah karakteristik pemuda Indonesia, tentunya tidak semua pemuda Indonesia seperti ini. saya hanya mengambil segi positifnya saja yang relevan dengan kebangkitan pemuda. Artinya karakter-karakter ini yang menjadi pewarna gerakan kebangkitan pemuda di negeri ini.

1. Agamis

Pasti banyak yang protes, tapi memang benar, pemuda Indonesia tergolong agamis jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Tentu saja kita tidak menjadi yang teragamis, masih ada Vatikan, negara-negara Islam, Malaysia, dll. Tapi setidaknya kita lebih agamis daripada Korea, Amerika, dan Cina. Makin kentalnya sifat agamis suatu bangsa, warna kebangkitan yang dibawanya semakin non-ekonomis-materialis. Artinya, hasil yang diusahakan lebih mengutamakan pencapaian sosial, bukan ekonomi.

2. Nyantai

Sifat nyantai ini membuat kebangkitan Indonesia membutuhkan waktu yang lebih panjang daripada negara lain. Ambil contoh Korea, Korea dan Indonesia sama-sama terpuruk saat krisis ekonomi 1997. sekarang jelas terlihat perbedaannya. Kelambatan ini juga didukung oleh kondisi geografisnya yang berbentuk kepulauan dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia. tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang lebih panjang.

3. Idealis-Strategis

Idealis yang berfokus pada nilai-nilai strategis menciptakan gerakan-gerakan perbaikan yang bertujuan mengubah nilai-nilai dasar masyarakatnya. Hal ini didukung dengan sifat nyantai dan kecenderungan tidak disiplin menjauhkan Indonesia dari gerakan-gerakan "usaha melalui peraturan ketat yang bertujuan mengubah masyarakat". secara gampangnya, untuk menyadarkan masyarakat Indonesia untuk tidak membuang sampah sembarangan akan tidak berhasil dengan peraturan larangan buang sampah dari pemerintah. gerakan penyelamatan Prita Mulyasari juga seperti itu, gerakan ini berasal dari pemahaman masyarakat, bukan kepatuhan keadilan berdasarkan pemahaman hukum.

Gotong royong tetapi bukan masyarakat-sentris

Nah, yang ini lebih susah dilihat lagi. Sifat pemuda Indonesia itu senang tolong-menolong, tetapi bukan berfokus pada masyarakat. Intinya loyalitas tertinggi individu bukan pada negara atau masyarakatnya atau organisasinya. Hal ini terlihat dari kesetiaan individu pada tempat kerjanya, dll.

Rabu, 16 Juni 2010

Demam K-Pop & Drama

Beberapa bulan terakhir saya sedang asyik-asyiknya tenggelam dalam dunia hiburan Korea, asyik mengamati sepak terjang artis idola terupdate. Walhasil, penyakit Otaku yang sedang saya derita makin menjadi-jadi. Temen-temen Kosan sudah menganggap saya 'pergi ke dunia lain' dunia orang-orang cuek yang tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya. Dan karena demam K-Pop itulah saya jadi males nerusin blog ini, asyik melototin dance Suju, AS, SNSD, Rain dll. Bagi yang nggak kenal sama nama yang saya sebutin tadi, nggak usah bingung, nama-nama itu nggak cukup penting untuk dimasukkan ke dalam bank pengetahuan Anda dalam rangka mencari pekerjaan. Kecuali jika perusahaan yang Anda incar LG atau Samsung, sedikit memuji artis dari negeri asal mereka mungkin sedikit membantu.

Perkenalan saya dengan K-Pop dimulai ketika sahabat saya memaksa saya untuk melototin foto-foto Choi Shiwon, dilanjutkan dengan MV Suju. MV yang pertama saya lihat adalah Neorago. Dari sana saya jatuh cinta dengan Hangeng, mulailah saya terjun menjelajahi dunia K-Pop. Setiap keping informasi baru masuk perlahan ke otak dan mengendap di sana, keberadaannya mulai mengusir pasal-pasal PSAK yang seharusnya tak boleh lepas dari kepala. Kayaknya kelulusan masih harus menunggu lebih lama. Yah, ini akibatnya kalau tidak memberontak di waktu yang tepat. Maksud saya, harusnya semua ini saya lakukan semasa SMA, bukannya sekarang saat yang lain sedang sibuk mikirin gimana jadi MT di GE atau kerja di Big Four. Yah, tapi gak papa lah, saya nikmatin aja, daripada ntar waktu usia mendekati 30 baru berulah, makin gawatlah efek yang ditibulkan. Hohoho...

Dari K-Pop saya perlahan mendekati Mando-Pop. Sebenarnya bukan dunia musiknya tapi lebih ke dunia drama mereka. Mulai deh saya mempelajari drama Taiwan satu per satu, membandingkannya dengan drama-drama Korea dan dorama Jepang. Satu harapan saya, kapan sinetron Indonesia bisa sebagus mereka. Padahal artis-artisnya gak kalah cantik. Kita punya beberapa sutradara yang cukup handal tapi yah... patut diperbaiki kualitas penulis skenario kita. Kemampuannya belum cukup mumpuni untuk menghasilkan naskah yang bisa meajai Asia. Eh, kayaknya saya keterlaluan bicaranya, ada kok penulis yang bagus. Cuma karena kebanyakan nonton sinetron jiplakan bikin saya jadi berfikir negatif duluan. Btw, saya kaget setengah mati ketika menemukan fakta bahwa Hilman (si bapaknya Lupus) yang bikin skenario Cinta Fitri (1,2,3) secara ide cerita awalnya kan banyak yang bilang njiplak sebuah drama korea (saya nggak tahu njiplak apa, berhubung gak nonton sinetronnya). Wah, saya kaget bukan maen, penulis semumpuni Hilman aja masih kena jeratan ini, apalagi yang lainnya.

Dari demam K-Pop saya juga menyadari kalau orang Korea sangat kreatif dalam membuat industri musik mereka mendunia. semuanya terintegrasi, dari manajemen artisnya, dunia pertelevisiannya, pemerintahannya dan lain-lain. Akibatnya memang membuat kekuatan tawar artis jadi kecil (mudah didepak dari industri ini) tapi mereka berhasil ngekspor industri hiburan mereka ke seluruh dunia. Nggak kecil lho, angka yang disumbangkan buat devisa negara mereka. Mungkin kita bisa meniru mereka. Pertama, mungkin pemerintah kita mau bikin konser-konser Indonesian Pop di luar negeri (kalau nggak salah pernah diadain di Malaysia, ayo kia coa Taiwan, Cina, India, Amerika, dll). Kedua, ayo tambah lagi show-show kretifnya... Ketiga, maksimalin kemampuan manajemen artis. Kemampuan ini benar-benar dibutuhkan untuk membawa dunia musik Indonesia ke luar. Makanya saya sedikit kecewa dengan tindakan Maya Estianti keluar RC dan bikin manajemen sendiri. Buat saya, adalah sebuah tindakan bego untuk meniadakan peran manajer artis. Ya sudahlah, ngomongnya....kebanyakan maki negeri sendiri juga nggak baik.

Btw, kalau dari segi dramanya apa yang bisa saya pelajai? Satu hal yang saya sadari, penulis skenario mereka benar-benar unggul dalam menelurkan ide-ide cerita yang diluar dugaan. Mereka juga jago menciptakan dialog-dialog yang nggak membosankan. Tapi kalau urusan alur cerita, Taiwan jagonya. Makanya drama-drama Taiwan yang ide ceritanya nggambil dari serial Jepang (Itazurana Kiss, Honey & Clover, dll) hasilnya jadi bagus banget. Jepang memang dikenal sebagai pencipta cerita jempolan dari industri komik mereka makanya jika digabungkan dengan kemampuan penyutradaraan Cina, hasilnya jadi double. Kalau dari segi aktor-aktrisnya, nggak tahu deh susah ngebandinginnya. Yang pasti saya sadar, aktor-aktris Korea nggak ngebosenin (tapi mungkin itu juga didukung sama kemampuan operasi plastik mereka). Oh ya... stylist dan make-up artist Korea unggul dari yang lain. Di Indonesia, gaya fashion remaja Bandung mendekati mereka.

Sekarang saya menunggu kapan RAN, Sherina, Vierra, artis-artis RCM, Hello, band-band lagu-lagu melayu (buanyaknya) mendunia dengan musik mereka. Oh ya, Dangdut juga. Saya pikir, Dangdut dan pop melayu lebih menjual di luar negeri daripada yan lainnya. Negara mana sih yang ngasilin musik kayak gitu selain Indonesia? Daripada J Rock (gue suka lagu-lagu mereka) yang pasti dilibas sama musik-musik J-Pop. Yah... let see...